ADS

Contoh Ceramah Agama Islam Terbaru

 Jika anda sudah terbiasa berpidato ataupun ceramah tentu hal ini sangatlah gampang CONTOH CERAMAH AGAMA ISLAM TERBARU
Contoh Ceramah Agama IslamTerbaru - Sebelum kita memulai sebuah kultum / ceramah, tentunya kita butuh kaliamat pembukaan. Jika anda sudah terbiasa berpidato ataupun ceramah tentu hal ini sangatlah mudah. Tapi bagi anda yang masih pemula atau sama sekali belum pernah ceramah dan belum tau kalimat pembuka dari sebuah ceramah, disini saya akan membagikannya dan berikut ini yakni contohnya.

Contoh # 1
 إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang siapa menerima dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad yakni hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang menerima petunjuk hingga hari kiamat.

Contoh # 2
 اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ اَلْوَاحِدُ الْقَهَّاُر، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلأَبْرَارِ. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّا بَعْدُ؛ Segala puji hanya milik Allah dengan kebanggaan yang banyak sebagaimana Allah perintahkan, maka berhentilah dari segala yang Allah larang dan yang Allah peringatkan. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Esa dan Perkasa, dan saya bersaksi bahwa Muhammad yakni hamba dan utusan Allah yang menjadi pemimpin bagi semua manusia, shalawat dan salam Allah atas beliau, atas keluarga, shahabat dan orang-orang yang setia mengikuti petunjuknya hingga hari kebangkitan dan hari kembali." Kultum Tentang Ramadhan Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia Sebuah nikmat yang sangat besar yakni kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bernafas di bulan Ramadhan ini. Sehingga kita bisa melaksanakan aktifitas-aktifitas yang bernilai ibadah, khususnya puasa. Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia Umat Islam di seluruh dunia kembali menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kalau kita perhatikan, di bulan ini ada tiga terminologi agama yang sering muncul dibicarakan baik oleh kalangan ulama, ustadz, kyai dalam pengajian-pengajian, ataupun masyarakat kebanyakan. Ketiga terminologi itu yakni Al Quran, puasa (shaum) dan taqwa. Mengapa ketiga terminologi itu sering muncul dalam banyak sekali kajian Ramadhan? Tidak bisa dipungkiri bahwa ketiga term ini mempunyai korelasi yang saling mendukung satu sama lain. Bukankah Al Alquran sebagai firman Tuhan terperinci diturunkan pada bulan puasa? Sementara berpuasa diwajibkan lantaran ada firman Tuhan dalam Al Quran? Adapun terminologi ketiga “taqwa atau bertaqwa” yakni esensi dan tujuan utama diwajibkannya kaum beriman untuk berpuasa, yang oleh Allah disebut pada tamat ayat ihwal perintah berpuasa: “agar kau menjadi orang-orang yang bertaqwa”. Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia Oleh lantaran itu, sanggup kita ketahui bahwa salah satu hikmah dari puasa Ramadhan yakni sanggup mengantarkan umat menuju taqwa. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqoroh ayat 183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kau berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kau biar kau bertaqwa,” Kata taqwa ( التَقْوَى ) berasal dari Wiqoyah ( الوِقَايَة ) yaitu kalimat yang memperlihatkan penolakan terhadap sesuatu. Al-Wiqoyah berarti apa yang menghalangi sesuatu. Maka, taqwa seorang hamba kepada Robbnya berarti menjadikan penghalang antara dia dengan apa yang ditakuti dari Robbnya berupa kemurkaan, kemarahan dan siksaanNya yaitu dengan cara menta’atiNya dan menjauhi maksiat kepadaNya. Secara bahasa arab, taqwa berasal dari fi’il ittaqa-yattaqi, yang artinya berhati-hati, waspada, takut. Bertaqwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat. Secara istilah, definisi taqwa sebagaimana yang diungkapkan oleh Thalq Bin Habib Al’Anazi: العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ “Taqwa yakni mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab Allah” Demikianlah sifat orang yang bertaqwa. Orang yang bertaqwa beribadah, bermuamalah, bergaul, mengerjakan kebaikan lantaran ia teringat dalil yang menjanjikan ganjaran dari Allah Ta’ala. Demikian juga orang bertaqwa senantiasa takut mengerjakan hal yang tidak boleh oleh Allah dan Rasul-Nya, lantaran ia teringat dalil yang mengancam dengan adzab yang mengerikan. Sehingga orang yang bisa melaksanakan hal tersebut akan dimuliakan di sisi Allah. إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah yakni orang yang paling bertaqwa di antara kalian” (QS. Al Hujurat: 13) Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia Dalam ayat 2-4 Surat al-Baqoroh, Allah menyebutkan ihwal cirri-ciri orang yang bertaqwa: Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” Kalau dikaitkan dengan pengertian taqwa dari ayat tersebut, maka ciri-ciri orang bertaqwa sebagai essensi berpuasa berdasarkan al-Quran yakni sebagai berikut: Pertama, ciri orang bertaqwa yakni orang yang beriman kepada yang ghaib. Nampaknya Allah memang mendesain puasa sebagai sarana latihan biar orang-orang yang beriman bertambah kepercayaannya kepada yang ghaib. Dan sentra keghaiban yakni Allah itu sendiri. Dengan keimanan kepada adanya Dzat yang ghaib yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Memperhatikan segala gerak-gerik manusia, seseorang secara tidak pribadi dilatih untuk selalu berbuat baik. Ketika berpuasa, setiap orang beriman sedang di latih untuk menghadirkan yang ghaib “Tuhan” dalam segala ruang dan waktu. Bukankah seseorang yang sedang berpuasa tatkala menyendiri di ruangan kantor, kamar yang terkunci atau daerah lain yang tidak dilihat orang bisa saja makan, minum dan berpura-pura bahwa dia sedang berpuasa ketika dihadapan orang banyak. Dengan adanya kesadaran kehadiran yang ghaib atau Allah dalam diri orang yang berpuasa, kecenderungan untuk berbuat curang atau berbohong akan terhindarkan, dan semangat untuk selalu berbuat yang terbaik akan tumbuh lantaran ada kontrol sosial yang menempel dalam dirinya. Kedua, orang yang bertaqwa yakni orang yang selalu mendirikan shalat. Karakter taqwa ini pun dalam bulan ampunan sedang digembleng oleh Allah. Di bulan ampunan umat Islam bukan hanya dilatih untuk menjalankan shalat yang sipatnya wajib, bahkan shalat yang sunnah menyerupai shalat malam (tarawih) sangat dianjurkan di bulan ini. Harapannya, sehabis puasa, fungsi shalat sebagai pencegah dari perbuatan keji dan munkar bisa direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari diluar ramadhan. Karakteristik ketiga disebut orang bertaqwa yakni orang yang menafkahkan sebagian rizkinya. Di bulan ramadhan ini, proposal untuk zakat, infaq dan shadaqah betul-betul ditekankah. Dengan meniru pahala yang berlipat-lipat, Allah sedang melatih keshalihan sosial seorang Muslim di bulan ramadhan. Dengan impian kesadaran sosial menafkahkan harta untuk membantu fakir miskin terus dijalankan oleh orang Islam diluar ramadhan. Keempat, disebut orang bertaqwa kalau seseorang mempercayai bahwa Allah telah menurunkan kitab suci kepada Muhammad (Al-Quran) dan kitab-kitab yang turun sebelum Rasul terakhir itu. Nampaknya Allah ingin melatih orang Islam di bulan ramadhan biar sadar akan adanya tuntunan hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu Al-Quran. Membaca dan mempelajari al Alquran sangat ditekankan di bulan ini. Kepercayaan akan adanya kitab sebelum rasul Muhammad, juga merupakan kepercayaan kepada yang ghaib. Kelima, ciri orang bertaqwa yang disebut Al Alquran yakni orang-orang yang mempercayai akan adanya hari akhirat. Ini berarti semakin menegaskan abjad pertama orang disebut taqwa yaitu percaya kepada yang ghaib. Bukankah kepercayaan adanya hari alam abadi dan hari pembalasan juga termasuk kepercayaan kepada yang ghaib. Dengan keyakinan akan adanya hari akhirat, setiap Muslim diperlukan mempunyai semangat hidup yang optimis untuk selalu berbuat baik, dengan impian memperoleh pula kebaikan ketika hidup kembali sehabis kematian. Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang dimulyakan oleh Allah Lantas apakah korelasi antara puasa dengan ketaqwaan? Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, ihwal keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan: “Puasa itu salah satu alasannya yakni terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan: Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa insan mempunyai kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa’ Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia bisa untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya lantaran sadar bahwa Allah mengawasinya Puasa itu mempersempit gerak setan dalam ajaran darah manusia, sehingga efek setan melemah. Akibatnya maksiat sanggup dikurangi Puasa itu secara umum sanggup memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan watak orang yang bertaqwa Dengan puasa, orang kaya mencicipi perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan watak orang yang bertaqwa. Jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Oleh lantaran itu, marilah kita di bulan Ramadhan ini berusaha untuk menggapai ketaqwaan kepada Allah. Karena hanya dengan puasa saja tanpa ada perjuangan kita menuju ke ketaqwaan juga tidak akan bisa. contohnya kita hanya rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah keluar bulan Ramadhan ibadah kita kembali menyerupai semula atau bolong-bolong. Semoga puasa kita sanggup menjadi saksi dihadapan Allah ihwal keimanan kita kepada-Nya. Dan semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat taqwa, menjadi hamba yang mulia di sisi Allah Ta’ala. Kultum Tentang Remaja ( Nasihat Untuk Remaja Muslim ) Kami persembahkan nasehat ini untuk saudara-saudara kami terkhusus para cowok dan cukup umur muslim. Mudah-mudahan nasehat ini sanggup membuka mata hati mereka sehingga mereka lebih tahu ihwal siapa dirinya sebenarnya, apa kewajiban yang harus mereka tunaikan sebagai seorang muslim, biar mereka merasa bahwa masa muda ini tidak sepantasnya untuk diisi dengan kasus yang bisa melalaikan mereka dari mengingat Allah subhanahu wata’ala sebagai penciptanya, biar mereka tidak terus-menerus bergelimang ke dalam kehidupan dunia yang fana dan lupa akan negeri alam abadi yang kekal abadi. Wahai para cowok muslim, tidakkah kalian menginginkan kehidupan yang senang selamanya? Tidakkah kalian menginginkan jannah (surga) Allah subhanahu wata’ala yang luasnya seluas langit dan bumi? Ketahuilah, jannah Allah subhanahu wata’ala itu diraih dengan perjuangan yang sungguh-sungguh dalam beramal. Jannah itu disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa yang mereka tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, mereka merasa bahwa gemerlapnya kehidupan dunia ini akan menipu umat insan dan menyeret mereka kepada kehidupan yang sengsara di negeri alam abadi selamanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Ali ‘Imran: 185) Untuk Apa Kita Hidup di Dunia? Wahai para pemuda, ketahuilah, sungguh Allah subhanahu wata’ala telah membuat kita bukan tanpa adanya tujuan. Bukan pula menawarkan kita kesempatan untuk bersenang-senang saja, tetapi untuk meraih sebuah tujuan mulia. Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan insan melainkan biar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56) Beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Itulah kiprah utama yang harus dijalankan oleh setiap hamba Allah. Dalam beribadah, kita dituntut untuk lapang dada dalam menjalankannya. Yaitu dengan beribadah semata-mata hanya mengharapkan ridha dan pahala dari Allah subhanahu wata’ala. Jangan beribadah lantaran terpaksa, atau lantaran gengsi terhadap orang-orang di sekitar kita. Apalagi beribadah dalam rangka biar dikatakan bahwa kita yakni orang-orang yang alim, kita yakni orang-orang shalih atau bentuk kebanggaan dan sanjungan yang lain. Umurmu Tidak Akan Lama Lagi Wahai para pemuda, jangan sekali-kali terlintas di benak kalian: beribadah nanti saja kalau sudah tua, atau mumpung masih muda, gunakan untuk foya-foya. Ketahuilah, itu semua merupakan rayuan setan yang mengajak kita untuk menjadi sahabat mereka di An Nar (neraka). Tahukah kalian, kapan kalian akan dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala, berapa usang lagi kalian akan hidup di dunia ini? Jawabannya yakni sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala: “Dan tiada seorangpun yang sanggup mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan tiada seorangpun yang sanggup mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34) Wahai para pemuda, bertaqwalah kalian kepada Allah subhanahu wata’ala. Mungkin hari ini kalian sedang berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang tertawa, berpesta, dan hura-hura menyambut tahun gres dengan banyak sekali bentuk maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, tetapi keesokan harinya kalian sudah berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang menangis menyaksikan jasad-jasad kalian dimasukkan ke liang lahad (kubur) yang sempit dan menyesakkan. Betapa celaka dan ruginya kita, apabila kita belum sempat berinfak shalih. Padahal, pada ketika itu amalan diri kita sajalah yang akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu wata’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang mengiringi mayat itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua dari tiga hal tersebut akan kembali dan tinggal satu saja (yang mengiringinya), keluarga dan hartanya akan kembali, dan tinggal amalannya (yang akan mengiringinya).” (Muttafaqun ‘Alaihi) Wahai para pemuda, takutlah kalian kepada adzab Allah subhanahu wata’ala. Sudah siapkah kalian dengan timbangan amal yang pasti akan kalian hadapi nanti. Sudah cukupkah amal yang kalian lakukan selama ini untuk menambah berat timbangan amal kebaikan. Betapa sengsaranya kita, ketika ternyata bobot timbangan kebaikan kita lebih ringan daripada timbangan kejelekan. Ingatlah akan firman Allah subhanahu wata’ala: “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka daerah kembalinya yakni neraka Hawiyah. Tahukah kau apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (Al Qari’ah: 6-11) Bersegeralah dalam Beramal Wahai para pemuda, bersegeralah untuk berinfak kebajikan, dirikanlah shalat dengan sungguh-sungguh, lapang dada dan sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena shalat yakni yang pertama kali akan dihisab nanti pada hari kiamat, sebagaimana sabdanya: “Sesungguhnya amalan yang pertama kali insan dihisab dengannya di hari tamat zaman yakni shalat.” (HR. At Tirmidzi, An Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Lafazh hadits riwayat Abu Dawud no.733) Bagi laki-laki, hendaknya dengan berjama’ah di masjid. Banyaklah berdzikir dan mengingat Allah subhanahu wata’ala. Bacalah Al Qur’an, lantaran sesungguhnya ia akan menawarkan syafaat bagi pembacanya pada hari tamat zaman nanti. Banyaklah bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala. Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang telah kalian lakukan selama ini. Mudah-mudahan dengan bertaubat, Allah subhanahu wata’ala akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memberi pahala yang dengannya kalian akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Wahai para pemuda, banyak-banyaklah berinfak shalih, pasti Allah subhanahu wata’ala akan memberi kalian kehidupan yang bahagia, dunia dan akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik pria maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An Nahl: 97) Engkau Habiskan untuk Apa Masa Mudamu? Pertanyaan inilah yang akan diajukan kepada setiap hamba Allah subhanahu wata’ala pada hari tamat zaman nanti. Sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu haditsnya: “Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari tamat zaman nanti di hadapan Rabbnya hingga ditanya ihwal lima perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari mana dia dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah berinfak terhadap ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At Tirmidzi no. 2340) Sekarang cobalah mengoreksi diri kalian sendiri, sudahkah kalian mengisi masa muda kalian untuk hal-hal yang bermanfaat yang mendatangkan keridhaan Allah subhanahu wata’ala? Ataukah kalian isi masa muda kalian dengan perbuatan maksiat yang mendatangkan kemurkaan-Nya? Kalau kalian masih saja mengisi waktu muda kalian untuk bersenang-senang dan lupa kepada Allah subhanahu wata’ala, maka jawaban apa yang bisa kalian ucapkan di hadapan Allah subhanahu wata’ala Sang Penguasa Hari Pembalasan? Tidakkah kalian takut akan bahaya Allah subhanahu wata’ala terhadap orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat? Padahal Allah subhanahu wata’ala telah mengancam pelaku kejahatan dalam firman-Nya: “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, pasti akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak menerima pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (An Nisa’: 123) Bukanlah masa bau tanah yang akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Oleh lantaran itu, pergunakanlah kesempatan di masa muda kalian ini untuk kebaikan. Ingat-ingatlah selalu bahwa setiap amal yang kalian lakukan akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Jauhi Perbuatan Maksiat Apa yang mengakibatkan Adam dan Hawwa dikeluarkan dari Al Jannah (surga)? Tidak lain yakni kemaksiatan mereka berdua kepada Allah subhanahu wata’ala. Mereka melanggar larangan Allah subhanahu wata’ala lantaran mendekati sebuah pohon di Al Jannah, mereka terbujuk oleh rayuan iblis yang mengajak mereka untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala. Wahai para pemuda, senantiasa iblis, setan, dan bala tentaranya berupaya untuk mengajak umat insan seluruhnya biar mereka bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, mereka mengajak umat insan seluruhnya untuk menjadi temannya di neraka. Sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala jelaskan dalam firman-Nya (yang artinya): “Sesungguhnya setan itu yakni musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), lantaran sesungguhnya setan-setan itu mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6) Setiap amalan kejelekan dan maksiat yang engkau lakukan, walaupun kecil pasti akan dicatat dan diperhitungkan di sisi Allah subhanahu wata’ala. Pasti engkau akan melihat akhir buruk dari apa yang telah engkau lakukan itu. Allah subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya): “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, pasti dia akan melihat (balasan)nya.” (Az Zalzalah: Setan juga menghendaki dengan kemaksiatan ini, umat insan menjadi terpecah belah dan saling bermusuhan. Jangan dikira bahwa ketika engkau bersama teman-temanmu melaksanakan kemaksiatan kepada Allah subhanahu wata’ala, itu merupakan wujud solidaritas dan kekompakan di antara kalian. Sekali-kali tidak, justru cepat atau lambat, sahabat yang engkau cintai menjadi musuh yang paling engkau benci. Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menjadikan permusuhan dan kebencian di antara kau lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kau dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kau (dari mengerjakan perbuatan itu).” (Al Maidah: 91) Demikianlah setan menjadikan perbuatan maksiat yang dilakukan insan sebagai sarana untuk memecah belah dan menjadikan permusuhan di antara mereka. Ibadah yang Benar Dibangun di atas Ilmu Wahai para pemuda, sehabis kalian mengetahui bahwa kiprah utama kalian hidup di dunia ini yakni untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala semata, maka kini ketahuilah bahwa Allah subhanahu wata’ala hanya mendapatkan amalan ibadah yang dikerjakan dengan benar. Untuk itulah wajib atas kalian untuk mencar ilmu dan menuntut ilmu agama, mengenal Allah subhanahu wata’ala, mengenal Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, dan mengenal agama Islam ini, mengenal mana yang halal dan mana yang haram, mana yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah), serta mana yang sunnah dan mana yang bid’ah. Dengan ilmu agama, kalian akan terbimbing dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, sehingga ibadah yang kalian lakukan benar-benar diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala. Betapa banyak orang yang berinfak kebajikan tetapi ternyata amalannya tidak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala, lantaran amalannya tidak dibangun di atas ilmu agama yang benar. Oleh lantaran itu, wahai para cowok muslim, pada kesempatan ini, kami juga menasehatkan kepada kalian untuk banyak mempelajari ilmu agama, duduk di majelis-majelis ilmu, mendengarkan Al Qur’an dan hadits serta nasehat dan klarifikasi para ulama. Jangan sibukkan diri kalian dengan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi diri kalian, terlebih lagi hal-hal yang mendatangkan murka Allah subhanahu wata’ala. Ketahuilah, menuntut ilmu agama merupakan kewajiban bagi setiap muslim, maka barangsiapa yang meninggalkannya dia akan mendapatkan dosa, dan setiap dosa pasti akan mengakibatkan kecelakaan bagi pelakunya. “Menuntut ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no.224) Akhir Kata Semoga nasehat yang sedikit ini bisa menawarkan manfaat yang banyak kepada kita semua. Sesungguhnya nasehat itu merupakan kasus yang sangat penting dalam agama ini, bahkan saling menawarkan nasehat merupakan salah satu sifat orang-orang yang dijauhkan dari kerugian, sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala firmankan dalam surat Al ‘Ashr: “Demi masa. Sesungguhnya insan itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat- menasehati dalam kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3) Wallahu ta‘ala a’lam bishshowab. Kultum yang bertema ahlaq terpuji KEUTAMAAN ORANG JUJUR Ciri utama seorang muslim yakni jujur. Bukanlah dikatakan muslim sejati kalau seorang masih berbohong dan menipu. Rasulullah saw dalam kehidupannya sehari – hari dikenal sebagai orang yang sanggup dipercaya. Karena itu jujur merupakan adat yang sangat baik dan indah berdasarkan pandangan Allah. Sesungguhnya kalau kita hidup di dunia ini memelihara kejujuran, maka kedamaian akan sanggup dirasakan oleh umat manusia. Orang – orang yang selalu bersikap jujur dalam setiap tindakan dan ucapan, maka ia termasuk golongan yang beruntung. Artinya, ia beruntung di dunia dan beruntung di akhirat. Kita semua tentu sangat oke bahwa jujur merupakan kecerdikan pekerti yang mulia. Kejujuran sanggup membimbing insan menuju kebaikan. Apabila seseorang telah jujur dan bisa menempatkan suatu kebaikan, maka ia terbimbing menuju ke surgabukankah Rasulullah swa telah bersabda: “Sesungguhnya kejujuran membimbing kea rah kebaikan. Dan kebaikan itu membimbingnya ke surge. Sesorang yang jujur, maka hingga di sisi Allah ia akan menjadi orang yang jujur dan benar. Sedangkan sifat dusta membimbing orang pada kejahatan. Lalu kejahatan itu menyeret ke neraka. Sesorang yang biasa berdusta, maka hingga di sisi Allah kelak tetap menjadi pendusta”. (HR Bukhari Muslim) Orang yang suka berterus terang dan jujur dalam segala hal kehidupan ini, maka ia termasuk mempunyai sifat kenabian. Sebab tentu saja orang – orang yang jujur ini suka sekali dengan kebenaran. Karena sukanya. Maka ia selalu memelihara akhlaknya diri dari dusta. Karena itu ia cenderung untuk melaksanakan kebaikan dan menegakkan kebenaran agama. Allah berfirman : Dan sebutkanlah dalam Al Kitab ihwal Ibrahim, bahwa ia yakni seseorang yang benar dan jujur, lagi pula seorang nabi. (Q. S. Maryam ayat 41). Kejujuran itu akrab dengan kebenaran. Kebenaran yakni sesuatu yang disenangi Allah. Jika Allah senang, maka pastilah dia akan mengasihi. Dan hambaNya yang jujur, maka kelak di hari tamat zaman akan disediakan daerah yang menyenangkan yaitu surga. PENUTUP KULTUM Demikianlah kultum yang sanggup saya sampaikan semoga bermanfaat bagi hadirin semua, kalau ada kekuragan saya mohon maaf. Pilih kalimat penutupnya Taqabbalallaahu minna waminkum taqabbal yaa kariimu, wassalaamu' alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Artinya: "Semoga Allah mendapatkan (apa-apa) yang datangnya dari kami dan dari kalian semua. Engkaulah yang mendapatkan wahai dzat yang Maha Mulia. Dan semoga keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan tetap tercurahkan kepada kita semua" Ihdinash shiraathal mustaqiim, akhiirul kalaami wassalaamu' alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh. Artinya: "Semoga menawarkan petunjuk kepada kami jalan yang lurus (yakni agama islam). Sampai disini pembicaraan kami. Dan semoga keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan tetap tercurahkan kepada kita semua." Wal'afwu minkum wassalaamu' alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh. Artinya: "Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian semua. Dan semoga keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan tetap tercurahkan kepada kita semua"..nah itulah tadi Contoh Ceramah Agama Islam Terbaru.

Subscribe to receive free email updates:

ADS